PERBEDAAN KARAKTER ANTARA KEPALA DAERAH ASAL PAPUA DAN ASAL JAWA
Oleh: Lerinus K.Wandik
PERBEDAAN KARAKTER ANTARA KEPALA
DAERAH ASAL PAPUA DAN ASAL JAWA
Nah, penulisan ini bukan untuk merendahkan atau meninggikan salah satu pihak daerah dalam ekspresi karakter praktis yang cerminkan secara spontan pada masyarakat luas. Tetapi tulisan ini hadir sebagai salah satu untuk memberikan saran, kritikan, maupun masukan yang membangun atas keperdulian dalam koreksi untuk kemajuan dalam sikap perilaku adjetiva kedepan.
Jakarta pada tanggal 20 Februari 2025 digelar pengukuhan "Inacuration" yang langsung di lakukan oleh presiden Republik Indonesia kepada seluruh kepala daerah misalnya Bupati, Walikota, Gubernur dengan resmi.
Hal yang miris terjadi pada saat sesudah pelantikan tersebut tentu semua pemimpin daerah pulang meninggalkan tempat yang dimana tempat di Lantik Istana Negara di Monumen Nasional "Monas". Penampilan yang sangat kompleks dan kontroversi terjadi banyak yang di amati langsung oleh penulis bersama beberapa lawan-lawannya.
Karena kami melihat bahwa pemimpin asal pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimatan, NTT, Bali, Maluku sesudah kelar acara keluar hanya dengan bebas atau polos hanya di kawan oleh beberapa pendukung dan keluarganya ditambah pengawal. Sambil tertawa-tawa, merokok, dan minum air. Saya dan kawanan saya melihat hal itu sangat iri kepadanya. Namun sepanjang 5 jam lebih yang kami tunggu untuk orang-orang tua kami keluar namun mereka langsung keluar dan menuju mobil dikawal oleh pengawal mereka sangat ketat untuk bertemu (meet face to face in person).
Pada poin inilah letak perbedaan yang besar terlihat bahwa orangtua kami 'pemimpin Papua' tidak memiliki unsur kesederhaan diperlihatkan kepada masyarakat atau publik di kota-kota besar. Terkadang juga seperangkat pejabat yang datang ke Jakarta, jarang sekali atau hampir tidak berkunjung anak-anak mahasiswa dimana tempat mereka tinggal. Tujuan untuk berdiskusi bersama-tukar pikiran apa yang dilihat dari kacamata mahasiswa terhadap kampung halaman-akan tetapi semua pemimpin di Papua tidak ada yang bisa melakukan hal ini. Tentunya dalam benak mereka pasti ketika kita berkunjung ke Asrama tempat dimana anak-anak mahasiswa itu tinggal. Pemimpin sejati pasti ke anak-anaknya untuk tahu apa yang mereka pikirkan tidak selalu yang menjadi kuatiran dengan hal ini "Ketika kita berkunjung harus membawa uang dan atau mahasiswa akan meminta uang jadi kita tidak mengunjunginya" sebenarnya pemikiran ini sangat kurang baik.
Jadi, sayangnya apa yang kita bisa sampaikan kepada Pemerintah Daerah itu tidak bisa kita lakukan dialog interaktif tertutup antar mahasiswa dan pemerintah-pemerintah harus tahu bahwa yang memiliki ide-ide kreatif dan segar ada pada mahasiswa atua yang sedang menekuni ilmu pastinya melihat ada kocolongan dan ada manfaat yang bisa dimanfaatkan. Tentunya mereka akan hasil-hasil pemikiran itu bisa di berikan atau serahkan supaya menjadi bahan reflektifkan untuk kemajuan suatu daerah.
Sayangnya pemerintah-pemerintah dari Papua tidak pernah melakukan hal ini, jika datang tanpa ada keuangan juga tidak mengapa sesudah sharing atua diskusi kemudian disampaikan bahwa anak-anak bapak tidak ada keuangan tetapi kami hanya bisa berdiskusi untuk keperdulian atau sayang terhadap kampung dan halaman kami agar bisa maju kedepan dan bisa meletakan legasi yang baik dan kokoh untuk generasi dan regenerasi kedepan bisa berjalan di rel yang sudah di letakan akurat.
Satu contoh saya ambil dari Pemerintah Kabupaten Yalimo, Provinsi Papua Pegunungan "Selamanya di mekarkan, kabupaten Yalimo pada tahun 2008an hingga sekarang pada tahun-tahun awal memang ada beberapa orangtua 'Pemda' kunjungan ke Asrama langsung tidak bupatinya sendiri tetapi palingan kepala dinas pendidikan atau utusan yang ke kota studi masing-masing di seluruh Indonesia. Akan tetapi, mirisnya hanya sering saja beberapa yang kunjungi tidak semua. Kebanyakan maunya bertemu di Hotel kemudian kembali ke Yalimo, hanya beberap orang yang representatif yang hadir tetapi sebetulnya hampiri semua anak-anak kemudian berdiskusi sambil minum-kopi atau air putih saja cukup bagi saya. Tetapi hanyak bilang bertemu di hotel-hotel atau kafe-kafe, hal ini sebetulnya kurang baik.
Juga terkadang tidak ingin untuk hinap di kontrakan atua asrama tetapi banyak yang hinap di hotel-hotel sehingga banyak ancaman terjadi-melihat beberap tahun belakangnya ini-maka harapan saya bisa tidur di asrama/apartemen.
Solusi/Kesimpulan
Kedepannya, harapan saya pemerintahan kami 'khususnya dari Papua' semoga bisa mengurangi tingkat arogansinya, supaya agar hidup sederhana tetapi isi dompet dan otaknya berisi penuh. Tidak harus di indahkan oleh orang lain tetapi dengan cara tindakan anda akan menunjukan atau terlihat sendiri. Jadi sering-sering berkunjung ke asrama agar supaya bisa berdiskuis dengan anak-anak di asrama kemudian ide-ide segar itu bisa di kembangkan atau aplikatifkan dalam kepemimpinannya. Jangan terlalu tidur-tidur di hotel juga karena banyak pemimpin meninggal dunia dari hotel seperti Abok Pusob bupati Yahukimo meninggal itu menjadi pelajaran bagi pemerintah Papua semua.
Harus menjaga kesehatan dan berat badan agar ideal dan kesehatan tubuh terjaga dengan baik. Faktanya banyak pemimpin Papua perutnya besar ketika menduduki kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau Bupati; Kepala bidang; kepala seksi
Komentar
Posting Komentar